Real Story !! Nikmatnya Istri Adik Ipar !!

Admin
Rabu, 26 Oktober 2016
13.17

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya - Ceritanya udah setahun yang lalu sih. semoga berkenan dan kalo ada salah2 dikit harap dimaklumi (pembukaannya panjang. maklum, ngarep jadi penulis wannabe)

Berawal dari pertunangan adik ipar sekitar Juli tahun lalu. Aku yang masih baru di keluarga istri, ikut andil dalam acara pertunangan. Pada saat penyandingan kedua calon mempelai, posisi duduk calon diapit oleh aku dan istri. Entah karena istri adalah kakak kandung adik ipar, istri duduk di sebelah sang pria, sedang aku duduk di sebelah sang wanita. Waktu calon mempelai wanita datang, sesuai ajaran guru, maka aku menundukkan pandangan (padahal karena emang pemalu ). Sang wanita duduk di sebelah dan acara dilanjutkan.



Pada saat pemasangan cincin, disinilah aku merasa ada gejolak sedikit di bagian celana. "Gile neh adik ipar, bisa aje dia dapat yang mengkal kayak gini" pikirku dalam hati. Kek mana enggak, pandanganku ke arah samping untuk melihat sang pria ketutup "bagian depan" sang wanita. Padahal punya istri pun lumayan "gede", tapi ini depannya gede, badannya kecil. Takut ketauan kalo aku liatin, aku memajukan sedikit posisi duduk agar bisa meliat prosesi sekaligus "menikmati". konak sih konak, tapi niat untuk menggerayanginya ga ada. toh istri bisa diembat juga .

Mereka pun menikah. Setelah menikah, mereka berdua mengontrak rumah. Aku dan istri ikut bantu2 memindahkan barang2 mereka. Istri dan istri adik ipar (namanya Rini *disamarkan) beres2 di dalam kamar, sedang aku dan adik ipar (Awan) bagian pekerjaan beratnya. Awan bertanya kepadaku ."bang, abang sama kakak berapa kali seminggu?". aku yang rada kecapean asal jawab aja "2 kali seminggu aja udah hebat kali. Capek", disusul tawa kami berdua. Awan kembali melanjutkan "aku ama Rini hampir tiap hari bang (dalam hatiku : ya iyalah, baru nikah juga klen). tapi aku aja yang puas bang".

Kutanya balik "kek mana kau tau dia ga puas?". dijawabnya "si Rini yang bilang bang" (WOW. istrinya straightforward bener. mangstap) "katanya kurang lama. apa aku minum jamu2 atau obat2 gitu bang bagusnya?". "Bisa kalo emang ngebet banget dia. Banyakin foreplay aja. Udah kau coba titik2 badan dia?" jawabku. "udah bang. nanti kucoba lah sekali2 minum jamu. rontok juga tapi lama2 ya bang kalo sering. hahaha" dan diakhiri ketawa kami bedua lagi.

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya

Karena masih rumah baru, aku dan istri (istri sih yang ngebet) sering mampir ke rumah mereka pada hari libur. istri dan Rini sering eksperimen masak, sedang aku jadi kelinci percobaan mereka. Awan sesekali nyicip bareng karena dia bekerja di perusahaan swasta yang jam kerja dan pulangnya berganti shift. Sering kami bertiga mengobrol di ruang tengah mereka. Kadang2 aku ngelirik2 juga betis si Rini, atau sekedar jenjang leher nya. Kalo soal toket, ga usah ditanya. Tiap pulang dari rumah mereka aku langsung tidurin istri sambil bayangin nimpa Rini.

Kesempatan yang lambat kusadari datang ketika bulan Desember menjelang. Kantor istri dan adik ipar mengharuskan mereka tetap masuk di hari sabtu & minggu. Sedang aku sebagai pegawai biasa tetap mengklaim hari liburku. Pada hari sabtu menjelang malam, aku mengantar istri ke tempat kerjanya dan mendapat titipan rantang dari istri untuk disampaikan ke Rini. Aku yang ingin segera kembali bermain game online, langsung bergegas ke tempat Rini. Kubuka pagar, dan kuketuk pintu rumah. Terdengar jawaban Rini dari dalam dan bergegas ngebuka pintu. "Eh, masuk bang" basa basi Rini yang keliatan terburu memakai jilbabnya. Aku langsung menyela dan berkata kalo cuma mau bentar ngasi rantang. "Tunggu dulu bang. biar rantangnya Rini pindah terus Rini masukin masakan Rini" sela nya juga. Akupun mengiyakan dan masuk ke ruang tengah sambil ganti channel tivi.

Disitu aku mulai sadar, eh aku masuk ke rumah orang, suaminya kemana? sedikit berteriak, aku melengkingkan suara ke arah dapur "Rin, Awan kemana?". Terdengar suara dari dapur "Awan shift malam bang. Baru tadi pigi sama kawannya". oooo kataku..............OOOOOOOO??? EH EH EH?? kulengkingkan lagi suaraku "Lah, jadi abang maen masuk aja ini dari tadi?" (gini2 aku masih berusaha jaga nama baik keluarga lho    ). Rini menjawab "Yah si abang, kayak orang laen aja" jawabnya santai. Padahal otakku udah mulai bercabang pikirannya. "waduh, ga ada sopan santun aku. apa mungkin dapat "jekpot" ya? hehehe. Tapi kalo diaduin bisa berabe tar. Ah bodo amat yang penting usaha dulu" pikir batinku yang berperang sendiri di kepala.

Rini pun mengakhiri ritual berpanas ria dengan minyak makan nya dan keluar sambil membawa rantang dan sepiring makanan. Bakwan tepatnya. "Bang, tre (red : coba) dulu bakwanku. Kucampur keju soalnya. Kalo aku sih enak. Si Awan ga enak katanya". Yak bener anda ga salah baca, dicampur keju. BAKWAN KEJU. entah dapat resep darimana lagi dia. Kujamin dalam waktu dekat istri pun bakal coba yang sama ini. Terserah dah yang penting kenyang dan ga sakit perut. Kucomot sedikit, yak bener ga enak. Kubilangin aja ke dia "Ga enak. Tapi masih bisa dimakan lah. Ada air ga rin?" kataku sambil melanjutkan nguyah dan nonton tv. Rini pun cemberut, mengiyakan dan bergegas mengambil air. Entah kenapa pada saat dia berdiri, otak mesumku malah liatin pantat dia. Gila, makin mengkel aja dipermak si Awan ini bocah. Mata gw ngikutin goyangan pinggulnya sampai dia berbelok ke dapur.

Rini kembali duduk di depan tivi setelah meletakkan segelas air dan teko di dekat kami. Dia pun mulai berbicara "Padahal menurutku enak kali lah bang" sambil ikut nguyah juga. Aku pun membalas "itu kan menurutmu. Kalo yang ga tahan masakan alien kayak kalian bedua (red : Rini dan istri) , udah nyerah kek nya. Untung abang gentleman" pujiku pada diri sendiri. Rini balas mencibir dan pembicaraan kami jadi seputar bakwan, masakan, kerjaan kantor Awan dan aku, kehamilan istri&dia dan acara berita di tv. Menjelang maghrib, otak mesumku mulai meredup karena ada suara2 ngaji dan berniat untuk tidak meneruskan usaha bejatku. "Rin, abang balik dulu lah ya. Tar kemaleman abang pulang. Ga enak kita bedua doang disini"

Pucuk dicinta, nafsu kembali membara. "Ga maghriban disini dulu aja bang? Takutnya ga tekejar tar abang sampe rumah." disambut dengan Hmmm panjang dari ku. "Kak Lan (Wulan) jaga malam kan? Makan bareng Rini aja bang" sambungnya dengan senyuman yang ga menyadari ada serigala berbulu domba di hadapannya. Aku pun mengiyakan dan langsung kembali duduk di depan tivi. "Bang, jagain rumah bentar ya. Rini mau mandi". "iye iye" jawabku sekenanya. "abang boleh ngintip ga?" dan dibalas dengan pelototan Rini.

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya

Kami pun makan setelah aku selesai mandi. (Kenapa mandi? ya kan sapa tau jackpot. Hahaha) Isi rantang tadi pun kami keluarkan sekedar bantu2 mengenyangkan selera makanku. Sambil makan depan tivi, Rini berceloteh lagi soal kantor suaminya. Aku hanya mendengarkan dan sesekali memberikan saran. Rini pun tiba2 nyeletuk

R : "mungkin karena stres di tempat kerja makanya dia capek pas sampe rumah ya bang".
A : "itulah guna istri buat nyemangatin suami" .
R : "tapi kak Lan cerita abang capek2 pun masih bisa sayang2 an ama kak Lan"
A : "ah masa? nanti si Wulan aja pamer2 ke Rini. Emang Awan enggak?"
R : "kurang bang. hehehe"
A : "kurang kurang. Hamil juga nya dibuat si Awan. Dasar" ketusku "Atau mau sayang2an sama abang? hahaha" tapi rini tidak ikut ketawa. Dia hanya menunduk dan suasana jadi kikuk.

Piring makan pun dibereskan. Aku masih diambang ragu antara pulang atau meneruskan perjuangan. Disela kebimbanganku, Rini kembali duduk di depan tivi. Matanya hanya melihat ke arah tivi. Keheningan pun mengisi ruang tengah tersebut.

A : "Tapi Rini hamil ga keliatan ya?" pecahku mengatasi kesunyian.
R : "Ga keliatan gimana bang?"
A : "Masih langsing aja keliatannya" Lanjutku menggoda
R : "Ya kan baru 3 Bulan bang"

Langsung aku berinisiatif Do or Die. toh paling digampar kalo salah. Soal dilaporin, aku bisa berkilah ga sengaja. Aku bergerak mendekat ke arahnya sambil tangan kiri ku menjulur ke arah perutnya. "Iya juga ya" sambil tanganku mengelus perut rata itu dari luar dasternya. Aku pun menunggu reaksi selanjutnya dari Rini. Dia hanya memegang pergelangan tanganku, dan terdiam. Aku pun memindahkan elusan ke sisi kiri perutnya sehingga dia kegelian dan kembali tersenyum. "Ih bang, jangan lah. Dosa bang". Melihat kesempatan itu ada, aku tidak mau terburu-buru mengejar atau melepas nya. Tangan kiri Rini yang menggenggam pergelangan tanganku sekarang kugenggam dengan tangan kananku "Gini aja ga apa kan?" dalihku yang berusaha mengontrol libido ku sendiri untuk tidak menerkamnya. Rini sedikit berontak dan akhirnya kami berdua menonton sambil berpegangan.

Aku berusaha fokus dengan acara tivi dan sesekali tertawa dan mengajak Rini ikut bercengkerama. Sambil tanganku terus meremas, membelai tangan kiri nya dan mulai bergerak menyusuri lengannya. Tampak kesempatan itu ada, aku menggeser posisi duduk hingga persis di sebelah Rini dan tangan kananku melingkari punggungnya. Dalam posisi ini, Rini sama sekali tidak berani menghadap ke arahku ketika berbicara. Tangan kananku tetap bekerja membelai lengan kanannya dari luar bajunya, dan mulai bergerilya sedikit ke arah bagian tepi dada nya.

Merasa diatas angin, tangan kiriku ikut kuperankan dan kuletakkan di atas paha Rini. Terdengar desah lirih Rini "bang, jangan" sambil berusaha menggeliatkan badannya. Tapi tangan kananku kembali mendekapnya dan kali ini aku berbisik ke telinga yang masih ditutup jilbab itu. "Kenapa sayang?". Tangan kiri ku yang semula diam mulai bergerak menyusuri rok panjang itu. Aku kembali melanjutkan gumamanku di telinganya "Huummm, kenapa jangan sayang?" yang tidak mampu dibalas Rini. Rini hanya terdiam, menggeliat, dan mulai mengatur tempo napasnya. YES, kami berdua mulai dikuasai nafsu kenikmatan itu.

Tangan kiriku mulai menjalar ke daerah antara paha Rini. Membelai paha bagian luar, bagian dalam, dan mulai menyinggung daerah kewanitaannya. Sedang mulutku mulai menciumi aroma jilbab yang menutupi leher itu. Aku cuma mencium dan mendenguskan nafasku persis di telinganya. Aku terkejut ketika Rini berbicara dengan suara lirih

R : "bang"
A : "apa sayang?"
R : "puasin rini bang"

dan wajah Rini menghadap ke arahku dan mengulum bibirku, melepaskan hasrat duniawinya. Jackpot

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya

Tak kubiarkan Rini mengambil alih, sambil tetap menempelkan lidah aku baringkan dia diatas karpet tempat mereka biasa menonton tivi. Tangan kiri ku sekarang menjamah payudaranya, tangan kananku bergerilya di bagian pahanya. Tanpa melepas roknya, tangan kananku menyusup ke dalam dan merogoh daging kenikmatan itu dari luar. Kuelus vaginanya, bagian dalam paha kiri dan kanannya, dan kembali ke vaginanya. Diatas, ciuman kami mulai semakin liar, lidah semakin berpaut dan saling isap lidah terjadi. Ketika kutekan jari tengahku ke dalam lobang kenikmatan itu, dan jempol di atas klitorisnya, ciuman kami terlepas dan dia mulai mendesah liar. Tak kubiarkan mulutku kaku, aku langsung menyambar leher yang masih tertutup jilbab itu. Rambut agak ikalku dijambaknya dengan kedua tangannya, memaksaku semakin menekan payudaranya dan vaginanya.

Rini semakin kewalahan dan mulai menjilati telingaku. Aku yang sensitif di daerah sini membalas dengan menelusupkan tangan kananku lebih dalam lagi, menyentuh kulit vagina yang mulai basah itu. Dalam keadaan berpakaian lengkap, kami berdua mulai terengah. Nafsuku sudah di ubun, ingin rasanya aku langsung menindih Rini untuk memuaskan hasratku. Tapi aku masih ingin memainkan nafsu Rini lebih jauh lagi. Dan benar, tangan Rini yang semula menjambak rambutku, kurasakan sudah memegang tongkatku dari luar celana jinsku. Tangan satunya secara perlahan mulai melucuti kancing kemejaku. Ini tanda saatnya aku ikut menelanjangi Rini.

Kumulai dari tangan kiri yang mencari risleting di belakang punggung. Kuturunkan dan kuangkat daster itu. Dalam posisi ini, aku tinggal kaos dalam dan atasan Rini hanya bra berwarna krem nya. Kami sempat saling berpagutan ketika aku melucuti bra krem tersebut. Rini mengangkat kaos dalamku, dan aku mulai bergerak turun dari wajahnya. Rini membantuku dengan membuka jilbabnya. Rambut hitam sebahu itu sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Kujilati lehernya, kucium agak dalam, rini mendesah lirih lagi "bang, jangan ada bekas..." dan aku mengerti. Kuturunkan jilatanku ke tengah dadanya, ke tengah diantara kedua payudara yang selama ini ingin kuhisap. Kujilat secara melingkar, mengelilingi puting kirinya. Puting itu keliatan mengeras, tapi belum kupertemukan dengan lidahku. Kubiarkan nafsu Rini mempermainkan logikanya, ketika dia memohon agar putingnya dijamah. Dan aku kabulkan permintaan itu. Kuhisap kuat2 payudara yang menghantuiku selama beberapa bulan terakhir ini. Payudara satunya kuremas dengan tangan yang sedang tidak melucuti bagian bawahnya.

Rok panjang itu sudah kulucuti, celana dalam itu sudah kuloloskan. Jilatanku kini semakin turun, kupermainkan pusarnya ketika tangan kiriku menjamah kupingnya, dan tangan kananku membelai daerah lembah di bawah sana. Rini menggelinjang geli, nikmat dan mendorong kepalaku untuk segera turun. Jilatanku semakin turun, mengisi rongga hidungku dengan bau khas yang mendorong libidoku semakin tinggi. Kupertahankan jilatanku di area pangkal paha bagian dalam, kanan, kiri, hingga liurku menetes ketika lubang itu semakin basah. Langsung kusambar lubang itu, kucoba memasukkan lidahku kedalamnya, kuhisap kuat2 seakan ingin mengeringkan cairan yang ada. Rini mendesah panjang, kepalanya mendongak, tubuhnya melengkung. Aku bantu dia dengan meremas dan memilin kedua putingnya dengan kedua tanganku. Desahan itu menjadi semakin panjang dan tertahan, dan aku merasa otot vaginanya seperti berkedut.

Aku yang masih bercelanakan jins kembali merangkak naik dan berbisik di telinganya "Enak sayang?" yang dibalas hanya dengan anggukan. Aku biarkan Rini mengambil napas. Wanita yang selama ini hanya kuimpikan, tergeletak telanjang di depanku. Malam ini akan aku senggamai dia sampai puas, pikirku. Aku berdiri, memakai kaos dalamku disertai dengan keheranan Rini. Aku hanya menjawab "Pintu kan belum dikunci sayang. Sini mana kuncinya". Rini pun tersenyum dan menunjuk ke arah pintu. Aku langsung keluar, celingukan kanan kiri, mengunci pagar, memasukkan motor ke dalam, dan mengunci pintu. Kulihat istri adik iparku menutupi tubuhnya dengan daster yang ada. Aku yang belum terpuaskan langsung mendekatinya dan menarik2 daster yang coba dipertahankan Rini sambil tertawa renyah.

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya

Daster itu pun aku lempar jauh2. Rini pun tertawa dan berkata "Bang, abang dah selingkuhin kak Wulan loh" senyumnya dengan menyeringai. Aku balas "Yah kan ga apa asal ga sama ce yang ga dikenal. Abang kan selingkuhnya sama Rini juga" jawabku sambil julurin lidah. Rini mengangkat kedua tangannya, seolah mengatakan ingin digendong. Memang manja ini anak. "Sabar, bentar lagi kuisi lubang vaginamu dengan spermaku", pikirku. Aku pun menunduk, mengangkat badannya yang disambut dengan pagutannya ke mulutku. Kakinya dilingkarkannya ke tubuhku dan aku mengangkat tubuh ringannya. "Bang, ke dapur bentar bang, Rini haus". Aku pun menuruti permintaannya. Dalam keadaan berpelukan, diambilnya gelas, diisi, dan diminumnya. Aku langsung membawa nya ke kamar mereka, kamar dia dan suaminya bercengkerama. Ya aku akan meniduri istri adik iparku persis di kasur dia. hahaha #evil.

Kubaringkan dia di kasurnya. Rini tidak melepas pelukannya. Kepalaku ditariknya dan kami kembali berciuman. Dia protes "kok abang masih pake baju? bukalah" sambil ditarik2 nya kaos dalam ku. Aku pun ngeles "ini peluknya lepas dulu, abang belum minum tadi. Abis gendong2 selingkuhan capek juga" disambut dengan tawa dan jawaban ga mau dia. Dengan sedikit ancaman bakal kucupang, akhirnya Rini melepas pelukannya dan aku segera keluar kamar. Aku membuka tas ku dan mengambil viagra yang selalu kusimpan untuk "persediaan". Aku ke dapur, membuka kulkas dan memakan roti, lalu meminum obat kuatku.

"Neh abang bawain roti. Sapa tau nanti Rini kelaperan abang buat" yang disambut Rini dengan posisi tidur miringnya. Nafsuku udah di ubun2, tapi aku takut ngecewain Rini kalo performaku ga maksimal, makanya aku biarkan obat nya bekerja dulu dengan mengajak Rini ngobrol. Akupun tidur di samping Rini dengan alasan ngambil napas dulu. Rini pun ngobrol banyak kalo Awan ga suka isap vagina, jadi pengalamannya dengan aku tadi bener2 dikangeninnya. Rini pun sebenarnya curiga dengan kulit domba yang kupakai.

R : "Kayak tadi, Rini tau kok abang ngeliatin pantat Rini. Kan keliatan dari kaca lemari makan. Abang udah nafsu itu kan? hihihi". Astaga, jadi selama ini neh bocah ngerti.
A : "Kalau tau kenapa dibiarin Rin? Kan jadi gini hasilnya" jawabku sekenanya melawan nafsuku melihat wanita telanjang di depanku.
R : "Ya emang Rini maunya abang khilaf (sambil dibelainya dadaku). Kata kak Wulan, punya abang gede. Rini lirik2 enggak keliatan. Makanya Rini penasaran (tangannya memegang tongkatku dari luar celana jinsku). "Ih, abang kok belum buka baju juga? Buka lah bang"
A : "Neh tak buka" jawabku sambil buka kaos dalamku, meninggalkan jinsku masih terpasang.
R : "Buka ga" paksa Rini sambil turun ke bagian bawahku. Resletingku diturunkan, aku melepas kancingnya. Aku bantu Rini meloloskan celanaku dan menyisakan celana dalamku.
R : "Lumayan gede juga ya bang" kata nya ketika akhirnya celana dalamku dipelorotkan. "tapi pendek" katanya sambil menaik turunkan tangannya di batang kemaluanku yang sudah mengeras dari tadi.

Rini tersenyum melihatku yang terlihat menyenangi aktifitas yang dia lakukan. Rini menggerai rambut bagian kanannya dengan tangan kanan, dan menunduk untuk menjilati kepala penisku. Ah rasanya. Aku langsung tersentak sesaat. Rini yang meliat reaksi ku semakin melebar senyumnya dan mulai menjilati seluruh kepala penis. Dan Plop, penisku berada di dalam mulut Rini. Kunikmati gesekan naik turun mulut mungil Rini dengan kepala penisku. Tak bisa kutahan, aku mulai menggeliat dan mendesah, ditambah tangan kanan Rini ikut mempermainkan putingku.

Ah, aku mulai berpikir, masa bodo dengan efek obat. Kalo keluar keluar dulu dah. Nafsu ku benar2 sudah di ujung. Aku berusaha bangkit. Mengetahui usaha ku, Rini menolak tubuhku dan mengangkangi badanku. Kalau begini pikirku, sekalian 69 aku lakukan. Kupegang pinggul itu dengan kedua tangan, kembali kujilati vagina yang hampir kering itu. Terasa rapat mulut Rini di penisku ketika kulakukan itu. Aku yang dikuasai nafsu melakukan hal yang kulakukan sebelumnya, menjilati hingga lubang dubur nya dan meraih kedua payudaranya dengan tanganku. Rini menggeliat ke arah samping. Kulanjutkan aktifitasku hingga Rini mulai mengerang panjang lagi.

Onebetqq.com Agen Bandar Poker | Bandar Poker | Bandar Poker Online | Domino 99 | BandarQ Terpercaya

Aku langsung bangkit dan menindih tubuh Rini. Tatapan kami bertemu dan kami kembali berciuman, bertukar ludah hingga Rini memegang batangku dan mengarahkannya ke lubang kenikmatannya. Aku memajukan pinggulku, membantu Rini memuaskan hasrat duniawi kami. Pelan tapi pasti, penisku menembus liang senggama Rini. Ciuman kami terlepas, desahan panjang rini terdengar menembus telingaku. Aku biarkan sejenak kami dalam posisi itu untuk membiasakan Rini dengan penisku. Kubisikkan kata2 erotis di telinganya "K*nt*l abang udah didalam sayang" dan kulanjutkan dengan menjilat liar telinganya. Rini mendesah , bergoyang, menggeliat berusaha menggapai yang dia inginkan. Dia balas menjilat telingaku dan berkata "Ayok bang".

Langsung kutarik mundur perlahan penisku. Rini membusungkan badannya. Kuhisap dan kujilat payudaranya. Kumasukin pelan lagi. Kukeluarkan dan kumasukkan perlahan hingga hitungan ke-4. Hitungan ke-5 kusentak dalam2 penisku, membuat Rini melenguh panjang sambil melotot. Kuulangi kegiatan itu hingga 3 kali sampai membuat Rini menggoyang sendiri, kehausan akan pemuasan nafsunya "ah...ah....ah...ayok bang....ayok" ceracaunya. Aku pun semakin tidak tahan, melakukan posisi bersila sambil memegang kedua betisnya dan mulai bergoyang secara teratur. Tempo yang kubuat masih perlahan karena aku khawatir akan terlalu cepat keluar. Tempo kutambah ketika kaki Rini berada di pundakku dan aku bersandar pada kedua tanganku. Tangan Rini mencengkeram erat lenganku. Ritme yang kubuat semakin tidak beraturan, tempo apalagi. Aku berhenti sejenak, Rini langsung menarik tengkukku dan kami kembali berciuman. Aku kembali melakukan dorongan dan tarikan yang semakin kencang, ciuman kulepas dan kubisikkan "Enak sayang?". Kali ini Rini menjawab, "Enak bang". Kujambak rambut hitamnya dengan kedua tangannya. Jeritannya semakin kencang, membuat aku panik dan menutup mulutnya dengan mulutku. Rini melepas ciumannya dan berkata "ah..ah..ah..Lebbih..kerashh..ah..ah..bang....aaah hhhhh....cepetin bang....mau keluar...aaah...ahhh..ahhh" Tanpa dikatakan seperti itu pun aku sudah hampir mencapai ambang batas. Kembali kubisikkan "Bareng ya sayang".....""iya....ah..ahhh..ahh". Tempo kupercepat semampuku, jambakan ke rambut kuperkuat, lidah kami saling berpagut...............dan kami mencapai puncak kenikmatan itu, puncak kenikmatan duniawi dengan lenguhan panjang yang tertahan dariku dan dari Rini ketika kami saling jilat, cengkeram dan jambak ketika kedua alat kelamin kami memuntahkan cairan surgawi nya. Tak terbayangkan rasanya kenikmatan yang kami peroleh hingga kami saling tersenyum dan kembali berciuman dalam keadaan telanjang. Rini langsung memelukku dan tertidur di sebelahku.

Sepanjang malam kuselingkuhi istri adik iparku ini layaknya istriku sendiri. Seperti layaknya pasangan baru, kami mencoba bermacam posisi. Sebelum subuh aku pulang setelah sebelumnya kami makan malam bersama dengan lauk telur dadar dan indomie yang dimasak Rini. Dan tak lupa aku menyampaikan pesan agar paginya ketika ditanya Awan, jawab dengan kurang enak badan "Biar Rini bisa istirahat pagi2" kataku sambil menyeringai. "Iya abangku sayang. Kapan bisa abang mau kan kemari lagi?" jawab istri adik iparku ini. Kujawab " ya kan hampir tiap minggu abang kemari. Cuma ada kak Wulannya. Hahaha" dan dengan candaan gimana caranya biar Wulan ga bisa ikut, aku pun pulang pukul 4 pagi itu.

Perselingkuhan kami bisa dikatakan jarang. Berhubung karena keluarga dan juga tidak enak kalau waktu dan tempatnya dipaksakan. Walau kami pernah nekat saling oral di rumah mertua, tapi kami selalu melakukannya di ranjang Rini dan Awan. (Panjang juga ya jadinya ceritanya. hahaha)


{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

NIKMATI BONUS:
- BONUS CASHBACK 0,5%
-BONUS REFERRAL 15%
-BONUS SPECIAL (hubungi Customer Service)
Live Chat: www.onebetqq.com
YM1 : onebetqq@yahoo.com
BBM: 2B389195