Bunuh diri umumnya dipicu karena rasa putus asa, merasa tidak berguna, merasa bersalah yang besar, serta tidak ada lagi harapan.
Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Kejiwaan Indonesia Daerah Jawa Barat Tedy Hidayat, keluarga atau lingkungan sekitar harus mendeteksi adanya seseorang yang akan bunuh diri akibat depresi. Sama halnya perlakuan terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat (psikotik). Agen Domino 99 Online Terbaik
"Kalau ada yang depresi atau ada yang psikotik harus diobati dengan baik, tentu dengan diobati maka risikonya akan semakin menurun," kata Tedy Hidayat kepada Liputan6.com, Jumat, 28 Juli 2017.
Tedy Hidayat menjelaskan pemberian obat terhadap seseorang psikotik harus sesuai arahan dari dokter kejiwaan.
Tedi menyebutkan, seseorang yang mengalami psikotik, peluang melakukan usaha bunuh diri sangat besar dibandingkan yang terkena depresi.
Baca Juga : 5 Langkah Bikin Ciuman Paling Berkesan
"Mereka suka berhalusinasi, itu yang menyebabkan dia bisa melakukan bunuh diri atau karena hawa ketakutan," kata Tedy Hidayat.
Sementara penanganan depresi kata Tedy, dapat dilakukan keluarga dan lingkungan sekitar dengan cara mencari solusi masalah yang tengah dijalani. Umumnya pemicu depresi, cemas berlebih atau stres adalah faktor psikososial, masalah ekonomi, pekerjaan, perkawinan dan masalah lainnya yang menjadi stresor.
"Semakin krisis multidimensi, sosial ekonomi segala macam, itu jelas akan berpengaruh (pada) bunuh diri," jelas Tedy. Agen BandarQ Online Terbaik
Dia mencontohkan angka bunuh diri akan meningkat di sebuah negara saat terjadi kisruh ekonomi. Namun, angka bunuh diri itu bukan indikator pusat permasalahan.
Jika sering terjadi kasus bunuh diri, kata Kepala Ruangan Psikatri Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung itu, dapat diartikan tingkat kesadaran di masyarakat setempat semakin kurang baik. (Arie Nugraha)
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar